loader

Artikel

img

Tekanan Darah Tinggi dan Kejang Pada Ibu Hamil

  • Author: dr. Nur Kalih Diah Puspitorini
  • Editor: dr. Nur Eulis Pujiastuti Nahdiyat, M.Res

Tekanan darah tinggi (juga disebut hipertensi) dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada ibu hamil. Hipertensi dalam kehamilan merupakan kondisi tekanan darah ibu mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Sementara tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang tidak segera ditangani, bisa berkembang sampai ibu menjadi kejang dan berakibat fatal pada ibu dan janin yang dikandungnya.

Apa saja jenis darah tinggi dalam kehamilan?


1. Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi pada ibu hamil setelah usia kehamilan >20 minggu.

2. Hipertensi kronis

Hipertensi kronis merupakan peningkatan tekanan darah yang sudah terjadi sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu.

3. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia

Jika hipertensi kronis tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi preeklamsia. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah ibu yang tinggi disertai adanya protein dalam urine.

4. Preeklampsia

Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi pada ibu hamil setelah usia kehamilan >20 minggu.

Apa penyebabnya?

Salah satu hal terpenting saat mendiagnosis IUGR adalah memastikan tanggal kehamilan yang akurat, bisa menggunakan hari pertama periode menstruasi terakhir anda atau perhitungan hasil ultrasonografi di trimester I. Berikut adalah metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosis IUGR:2


• Infeksi intraamniotik terutama pada usia kehamilan yang lebih awal

• Adanya riwayat Ketuban Pecah Dini sebelumnya

• Panjang serviks yang pendek

Apa yang harus dilakukan?

Jika Anda merasa selaput ketuban Anda pecah, segera hubungi dokter atau ke palayanan kesehatan terdekat. Setelah sampai di Rumah Sakit, penatalaksaan Ketuban Pecah Dini berbeda tergantung dari usia gestasi. Pada pasien yang aterm (>37 minggu), induksi persalinan lebih direkomendasikan karena dapat mengurangi risiko komplikasi pada ibu dan janin. Pada pasien yang belum aterm ( lebih dari 37 minggu ), petalaksanaan bergantung pada klinis pasien.3,4

Apa komplikasi yang mungkin terjadi?

Komplikasi Ketuban Pecah Dini yang paling sering dan perlu diwaspadai adalah infeksi pada selaput yang menyelimuti janin atau korioamnionitis yang berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin. Untuk itu perlu awasi tanda-tanda infeksi apabila mengalami ketuban pecah dini. Komplikasi lain adalah kelahiran prematur dan tali pusat tertekan atau kompresi tali pusat.

Sumber


1. Lorthe, Elsa, Héloïse Torchin, Pierre Delorme, Pierre-Yves Ancel, Laetitia Marchand-Martin, Laurence Foix-L'Hélias, Valérie Benhammou, et al. “Preterm Premature Rupture of Membranes at 22-25 Weeks' Gestation: Perinatal and 2-Year Outcomes within a National Population-Based Study (EPIPAGE-2).” American Journal of Obstetrics and Gynecology 219, no. 3 (September 2018): 298.e1-298.e14. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2018.05.029.

2. Burke, Carol, and Emily G. Chin. “Chorioamnionitis at Term: Definition, Diagnosis, and Implications for Practice.” Journal of Perinatal & Neonatal Nursing 30, no. 2 (April 2016): 106-14. https://doi.org/10.1097/JPN.0000000000000163.

3. “ACOG PRACTICE BULLETIN-Prelabor Rupture of Membranes.” The American College of Obstetricians and Gynecologist, March 2020.

4. Caughey, Aaron B, Julian N Robinson, and Errol R Norwitz. “Contemporary Diagnosis and Management of Preterm Premature Rupture of Membranes,” n.d., 12.