loader

Artikel

imghttps://kehamilansehat.com/

Ketuban Pecah Sebelum Persalinan, Apa yang Harus Dilakukan?

  • Author: dr. Nur Kalih Diah Puspitorini
  • Editor: dr. Nur Eulis Pujiastuti Nahdiyat, M.Res

Ketuban pecah sebelum persalinan atau yang disebut Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu kondisi pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda persalinan baik sebelum usia kehamilan 37 minggu maupun usia kehamilan diatas 37 minggu. Banyak wanita hamil tidak menyadari keluarnya air ketuban terutama bagi wanita yang baru mengalami kehamilan pertama.

Bagaimana ciri-ciri ketuban pecah?

Ciri terbesar yang harus diperhatikan adalah keluarnya cairan dari vagina. Mungkin merembes perlahan, atau mungkin menyembur keluar. Terkadang ketika cairan keluar perlahan, wanita salah mengiranya sebagai urin. Berbeda dengan urin, keluarnya air ketuban tidak dapat ditahan. Untuk lebih memastikannya, gunakan pembalut untuk menyerapnya selama 30 hingga 60 menit lalu lihat dan cium bau pembalut tersebut. Cairan ketuban biasanya tidak berwarna dan tidak berbau seperti urin (bau air ketuban cenderung lebih manis dan tidak pesing).

Perlu dibedakan lagi antara air ketuban dengan keputihan yaitu dari konsistensi, dimana keputihan seringkali lebih kental dan lebih buram, dimana air ketuban seperti air sangat tipis tidak seperti lendir.

Apa penyebabnya?

Salah satu hal terpenting saat mendiagnosis IUGR adalah memastikan tanggal kehamilan yang akurat, bisa menggunakan hari pertama periode menstruasi terakhir anda atau perhitungan hasil ultrasonografi di trimester I. Berikut adalah metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosis IUGR:


• Infeksi intraamniotik terutama pada usia kehamilan yang lebih awal

• Adanya riwayat Ketuban Pecah Dini sebelumnya

• Panjang serviks yang pendek

Apa yang harus dilakukan?

Jika Anda merasa selaput ketuban Anda pecah, segera hubungi dokter atau ke palayanan kesehatan terdekat. Setelah sampai di Rumah Sakit, penatalaksaan Ketuban Pecah Dini berbeda tergantung dari usia gestasi. Pada pasien yang aterm (>37 minggu), induksi persalinan lebih direkomendasikan karena dapat mengurangi risiko komplikasi pada ibu dan janin. Pada pasien yang belum aterm ( lebih dari 37 minggu ), petalaksanaan bergantung pada klinis pasien.3,4

Apa komplikasi yang mungkin terjadi?

Komplikasi Ketuban Pecah Dini yang paling sering dan perlu diwaspadai adalah infeksi pada selaput yang menyelimuti janin atau korioamnionitis yang berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin. Untuk itu perlu awasi tanda-tanda infeksi apabila mengalami ketuban pecah dini. Komplikasi lain adalah kelahiran prematur dan tali pusat tertekan atau kompresi tali pusat.

Sumber


1. Lorthe, Elsa, Héloïse Torchin, Pierre Delorme, Pierre-Yves Ancel, Laetitia Marchand-Martin, Laurence Foix-L'Hélias, Valérie Benhammou, et al. “Preterm Premature Rupture of Membranes at 22-25 Weeks' Gestation: Perinatal and 2-Year Outcomes within a National Population-Based Study (EPIPAGE-2).” American Journal of Obstetrics and Gynecology 219, no. 3 (September 2018): 298.e1-298.e14. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2018.05.029.

2. Burke, Carol, and Emily G. Chin. “Chorioamnionitis at Term: Definition, Diagnosis, and Implications for Practice.” Journal of Perinatal & Neonatal Nursing 30, no. 2 (April 2016): 106-14. https://doi.org/10.1097/JPN.0000000000000163.

3. “ACOG PRACTICE BULLETIN-Prelabor Rupture of Membranes.” The American College of Obstetricians and Gynecologist, March 2020.

4. Caughey, Aaron B, Julian N Robinson, and Errol R Norwitz. “Contemporary Diagnosis and Management of Preterm Premature Rupture of Membranes,” n.d., 12.